INDONESIA

Indoleaks Terbitkan Dokumen Rahasia Soeharto-Nixon
Headline

Oleh: Irfan Fikri
-


INILAH.COM, Jakarta - Situs pembocor rahasia versi Indonesia, Indoleaks (www.indoleaks.org) memuat transkrip pertemuan Presiden Soeharto dengan Presiden AS Richard Nixon dan Menlu Henry Kissinger pada 26 Mei 1970.
Situs yang baru beberapa hari terbit itu kini sudah tidak bisa diakses. Namun, semua link dokumennya masih bisa diperoleh dan dimunculkan di sebuah situs komunitas terbesar Indonesia. Belum terkonfirmasi keasilan dokumen-dokumen tersebut.

Dokumen percakapan Soeharo-Nixon yang bersifat rahasia (secret/sensitive) itu antara lain berisi laporan Soeharto mengenai pemberantasan komunis di Indonesia. Salah satunya juga termuat pertanyaan Nixon apakah mahasiswa Indonesia terpengaruh komunis.

Soeharto menjawab para mahasiswa sudah mendapat doktrin Orde Baru. Bahkan mereka juga dilibatkan dalam proyek pemerintah di perdesaan, seperti protyek pertanian.

Situs Indoleaks sudah menyajikan tujuh dokumen yang dianggap rahasia. Selain mengenai percakapan Soeharto dengan Nixon dan Kissinger, situs Indoleaks juga memuat laporan Tim Kerja Kasus Munir di Paripurna DPR RI serta temuan dan rekomendasi tim kepada Presiden.
Selain itu juga dimunculkan juga dokumen berisi catatan percakapan antara Soeharto dan Presiden AS Gerald Ford di Camp David pada 5 Juli 1975, lima bulan sebelum invasi Timor Timur. Serta laporan Kedubes Amerika terkait isu Timor Timur pasca penyerangan gerilyawan Timor Timur yang menewaskan 18 anggota ABRI di bandara Dili. Termasuk operasi-operasi militer yang muncul akibat "pembalasan" dari insiden tersebut. [tjs]



Komnas Perempuan Tentang Hari Kartini

Susi Fatimah - Okezone

Ilustrasi (Ist)
Ilustrasi (Ist)
JAKARTA- Ketua Komnas Perempuan, Yunianti Huzaifah, menilai perlombaan mengenakan kebaya dalam perayaan Hari Kartini tidak sesuai dengan substansif dari pesan-pesan dasar yang disemangatkan oleh sosok Kartini itu sendiri.

"Sebetulnya kalau dulu memperingati perayaan Kartini dengan lomba kebaya menurut saya apa-apaan ya, tidak substansif banget. Tidak melihat pesan-pesan dasar yang disemangatkan Kartini," ujar Yunianti saat dihubungi okezone, Rabu (20/4/2011).

Menurut Yunianti, dengan merayakan seperti itu Kartini hanya digambarkan sebagai sosok perempuan Jawa yang mencoba memajukan pendidikan. Padahal, lanjutnya, sosok Kartini justru lebih dari itu. "Kalau kita mau melihat, justru Kartini lebih dari itu. Sayang saja semangatnya hanya sebatas itu digambarkannya," katanya.

Namun dalam konteks sekarang ini, kata Yunianti, perlombaan mengenakan kebaya saat Hari Kartini lebih pada menampilkan bentuk kebhinekaan di Indonesia. Yunianti berharap walaupun menampilkan kebudayaan masing-masing daerah yang berbeda namun semangat yang dibawa Kartini harus tetap dimunculkan.
(ram)


Mengilhami Sosok RA Kartini

Ilustrasi: ist.
Ilustrasi: ist.
APRIL, bulan yang pasti diingat oleh banyak orang di negeri ini, khusunya para wanita. Iya, inilah bulan yang diperingati sebagai bulan emansipasi wanita, tepatnya tanggal 21 April. Sudah satu abad lebih, perjuangan wanita ini telah membangkitkan, dan memberikan inspirasi berjuta wanita Indonesia. Beliau adalah Raden Ajeng Kartini yang telah memberikan harapan bagi kehidupan wanita Indonesia untuk lebih layak dan dihargai oleh orang lain.

Kini kita dapat menikmati perjuangan beliau. Perjuangan penuh ihklas dan tanpa imbalan. Kini wanita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki. Wanita tak lagi dianggap sebagi orang yang bodoh, atau pun tak berpendidikan. Kini kita bisa menikmati sekolah tanpa ada pengekangan. Tak lagi ada perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Inilah wanita Indonesia sekarang, wanita penuh kreativitas dan dedikasi.

Sekarang banyak sekali wanita Indonesia yang telah mengharumkan nama negeri ini lewat prestasinya. Mereka dapat mengibarkan nama Indonesia di kancah internasional. Mereka menunjukkannya lewat bidangnya masing-masing, ada yang lewat olahraga, sains, dll. Menunjukkan bahwa perjuangan Ibu Kartini tidak sia-sia.

Ketika banyak wanita Indonesia menorehkan tinta sejarah yang membanggakan di negeri ini, masih ada juga kaum wanita yang berkutat dengan kemiskinan. Masih banyak, wanita yang kini menghadapi seratnya ekonomi untuk sekadar hidup di negeri ini. Negeri yang oleh orang di katakan sebagai negeri “gemah ripah Loh jinawi." Negeri yang kaya, bahkan Koes Plus menggambarkannya lewat lirik lagu, ”Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”

Kurang apakah negeri ini, hingga banyak rakyat khususnya kaum perempuan masih berkutat di lembah kemiskinan. Pendidikankah? Semangatkah? Atau kebijakan pemerintah yang salah?

Tak perlu kita jauh membahas itu semua, yang terpenting inilah momentum untuk kita bangkit. Hari inilah, kita harus menyingsingkan lengan baju, berkarya, dan tetap semangat untuk membangun negeri tercinta. Sehingga Kartini dapat tersenyum di alam sana melihat perjuangan kita, dan kita tidak dikatakan sebagai generasi muda yang lupa sejarah.


Perempuan-Perempuan Baja


BEL panjang melanglang buana membahana keras dari balik ruang di loker para pekerja. Membuat para perempuan berbaju hijau muda itu siap sedia memasuki ruang kerja secara teratur. Tas jinjing yang mereka bawa harus rela mereka tinggalkan di lemari susun berukuran mini di pojok ruang. Dengan segera mereka bergegas menuju ke sebuah loker kecil tempat penyimpanan sepatu. Sandal-sandal lusuh mereka segera berganti dengan sebuah sepatu kulit berwarna hitam dengan alas sol karet tebal.

Bel kembali melolong panjang menyegerakan langkah para perempuan itu bergegs ke bilik kerjanya. Masker, kaca mata proteksi, pelindung badan, dan sarung tangan tak lupa mereka kenakan. Bak robot berjalan yang siap beradu dengan peralatan keras.

Kota metropolitan nan keras ini mengharuskan para perempuan hidup setegar baja. Langkah dan lari mereka seakan harus mengejar sang waktu yang terus bergulir kencang. Berpadu dengan goresan semangat mereka untuk tetap menggapai mimpi dengan pasti.
***

Melihat langkah dan kerja keras mereka. Seakan ingin diriku menuliskan sebuah syair untuk kehidupan mereka.

Bukan karena langkah mereka yang terhenti….
Bukan pula karena mereka tak punya mimpi…
Hanya hidup yang kadang tak pasti…
Mengharuskan mereka terus berlari…

Perempuan–perempuan baja…
Tak kenal lelah menghempas makna…
Baradu dengan kerasnya ibu kota…
Hanya tuk sekedar mencari sesuap asa…
  
Yang ku tahu hati mereka tak lugu…
Bahkan mereka lebih padu…
Bersatu dalam langkah yang satu…
Mencari rejeki di balik cerita yang tak menentu…

Walaupun jiwamu selembut kapas…
Tapi ragamu seterjal batuan cadas…
Apapun siap di hempas…
Mengejar langkah dalam indahnya mimpi terlintas…

Tetaplah berjuang para perempuan…
Setidaknya harapan itu masih bisa di emban…
Walau hidup memang penuh dengan cobaan…
Namun, setidaknya masih ada setitik harapan…

Yakinlah bahwa semua bukan sekedar bualan belaka…
Ataupun sebuah canda tawa…
Setidaknya kita harus percaya…
Ada Allah di dalamnya…
Tuk tetap bersyukur n berjuang di dalam jalan cinta-Nya…

Seiring dengan langkah para perempuan-perempuan dalam mengejar mimpi mereka. Hanya ada satu kesalutan yang terlintas. Walaupun mereka mempunyai hati yang selembut kapas. Namun, semangat mereka sekuat baja.
***

*Coretan ini adalah sebuah goresan rasa salut untuk para perempuan Indonesia. Tetaplah tersenyum dengan langkah kalian. Tetaplah berjuang menggapai mimpi. Tuk kembali menghadirkan satu kegembiraan di sekelilingmu.

Hidup perempuan Indonesia… teruslah tersenyum dalam untaian langkah yang padu…


Kemana Kartini yang Dulu?

MELIHAT anak—anak sekolah dasar berjalan mengenakan kebaya sebagai pakaian kebesaran di hari Kartini Kamis, 21 April 2011, saya memetik beberapa keunikan tersebut dalam kaca mata nasionalisme. Tentunya menurut saya.

Saya melihat perayaan kartini hanya menjadi sebuah perayaan pakaian saja. Terlihat dari kemeriahan kebaya dan pakaian daerah yang melekat di tubuh para murid tersebut. Saya heran dengan anak sekarang.  Mari kita telaah sebentar tentang Kartini.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Dia adalah putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwono VI. Hal tersebut terlihat dari silsilah Kartini yang tersimpan di sebelah kiri pintu masuk museum Kartini di dekat alun—alun Jepara, jika kita berkenan mengunjunginya.

Melihat silsilah Kartini tersebut, maka kita bisa menyimpulkan beberapa keadaan yang dulu dialami oleh Kartini. Pertama, Kartini adalah orang yang kaya bahkan lahir dari golongan bangsawan. Tapi dia adalah sosok yang rendah hati dan mempunyai semangat tinggi. Semangat belajar yang dimiliki oleh orang—orang yang merasa kurang. Namun, semangat Kartini itu telah hilang. Saat ini, orang kaya atau orang tuanya kaya raya pasti lebih memilih malas-malasan dirumah dari pada belajar dan mengais ilmu. Beda dengan rakyat yang serba pas-pasan. Kalangan bawah ini pasti akan semangat dalam mencari ilmu karena akan mempengaruhi masa depan mereka nantinya.

Kedua, Kartini adalah sosok yang piawai dan cantik parasnya. Jika kita pernah membaca buku Panggil Aku Kartini Saja, karya Pramoedya Ananta Toer.  Siapa saja yang tak lahir di masanya pasti beranggapan akan kecantikannya. Bukan masalah fisik, tentunya cantik dalam budi pekerti. Kartini sangat santun dalam bertutur kata.

Kartini sekarang harus lebih bisa menjaga dan merawat. Mungkin beberapa hal tersebut adalah ungkapan saya tentang hilangnya sosok Kartini jaman sekarang. Banyak anak orang kaya tapi tidak memanfaatkan kekayaannya untuk mencari ilmu. Banyak perempuan cantik tapi sombong pada dasarnya. Mungkin sedikit yang mengalaminya dan memaknai Hari Kartini. Semoga bermanfaat.(Imam Khanafi,Mahasiswa Universitas Muria Kudus)